makalah ROM
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Latihan rentang
gerak (Range of Motion) merupakan
rehabilitasi yang bertujuan sebagai pencegahan dan pengoreksi suatu kemunduran
dari sistem muskuloskeletal (Sandra S. at al, 1985). Klien yang dirawat dengan
reposisi beserta immobilisasi lamanya sesuai dengan terjadinya kalus fibrosa
(Win de Jong, 1997) dalam keadaan immobilisasi ini, maka otot-otot dan
sendi-sendi tidak dapat bergerak untuk waktu yang lain (Soeharso, R, 1982),
akan terjadi beberapa respon tubuh yaitu perubahan pada sistem muskuloskeletal
berupa penurunan kekuatan dan massa otot.
Individu
dengan immobilisasi selama satu minggu akan menurun kekuatan otot 20 % dan
dapat menimbulkan kontraktur,dekubitus dan juga pneumonia ( Hettinger dan
Muller). Untuk mencegah kemampuan komplikasi yang ditimbulkan maka diberikan
latihan rehabilitas sedini mungkin pada waktu memberikan Asuhan keperawatan.
Latihan rehabilitas ini dapat dilakukan dengan latihan rentang gerak pasif ( Pasif Range of Motion) dan latihan
rentang gerak aktif ( Aktif Range of
Motion) Sandra At al 1985.
Range of motion
( ROM ) adalah gerakan dalam keadaan normal dapat dilakukan oleh sendi yang
bersangkutan (Suratun, dkk, 2008).
Latihan range of motion (ROM)
adalah latihan yang dilakukan untuk mempertahankan atau memperbaiki tingkat
kesempurnaan kemampuan menggerakan persendian secara normal dan lengkap untuk
meningkatkan massa otot dan tonus otot (Potter & Perry, 2005).
Latihan
ROM biasanya dilakukan pada pasien semikoma dan tidak sadar, pasien dengan
keterbatasan mobilisasi tidak mampu melakukan beberapa atau semua latihan
rentang gerak dengan mandiri, pasien tirah baring total atau pasien dengan
paralisis ekstermitas total.
Selain berfungsi sebagai pertahanan atau dapat memperbaiki tingkat kesempurnaan kemampuan
menggerakan persendian secara normal, lengkap, dan untuk meningkatkan massa
otot serta tonus otot, ROM juga memiliki klasifikasi ROM, jenis ROM, indikasi
serta kontraindikasi dilaksanakan ROM dan juga prinsip dasar dilakukan ROM.
Untuk dapat mengetahui hal tersebut lebih lanjut maka dapat meninjau pembahasan
pada makalah ini.
1.2 Tujuan
·
Untuk mengetahui
tentang klasifikasi ROM.
·
Untuk mengetahui
tentang prinsip dasar ROM.
·
Untuk mengetahui
tujuan dan manfaat dilakukan ROM
·
Untuk mengetahui
tentang indikasi dan kontraindikasi dilakukan ROM.
·
Untuk mengetahui
tentang jenis ROM.
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1
Definisi ROM
Latihan
range of motion (ROM) adalah latihan
yang dilakukan untuk mempertahankan atau memperbaiki tingkat kesempurnaan
kemampuan menggerakan persendian secara normal dan lengkap untuk meningkatkan
massa otot dan tonus otot (Potter & Perry, 2005).
Latihan range
of motion (ROM) merupakan istilah baku untuk menyatakan batas atau batasan
gerakan sendi yang normal dan sebagai dasar untuk menetapkan adanya kelainan
ataupun untuk menyatakan batas gerakan sendi yang abnormal (Arif, M, 2008).
2.2
Klasifikasi latihan ROM
Latihan
ROM pasif adalah latihan ROM yang di lakukan pasien dengan bantuan perawat pada
setiap-setiap gerakan. Indikasi latihan pasif adalah pasien semikoma dan tidak
sadar, pasien dengan keterbatasan mobilisasi tidak mampu melakukan beberapa
atau semua latihan rentang gerak dengan mandiri, pasien tirah baring total atau
pasien dengan paralisis ekstermitas total (suratun, dkk, 2008). Rentang gerak
pasif ini berguna untuk menjaga kelenturan otot-otot dan persendian dengan
menggerakkan otot orang lain secara pasif misalnya perawat mengangkat dan
menggerakkan kaki pasien. Sendi yang digerakkan pada ROM pasif adalah seluruh
persendian tubuh atau hanya pada ekstremitas yang terganggu dan klien tidak
mampu melaksanakannya secara mandiri.
Latihan ROM aktif adalah Perawat memberikan
motivasi, dan membimbing klien dalam melaksanakan pergerakan sendi secara
mandiri sesuai dengan rentang gerak sendi normal. Hal ini untuk melatih
kelenturan dan kekuatan otot serta sendi dengan cara menggunakan otot-ototnya
secara aktif . Sendi yang digerakkan pada ROM aktif adalah sendi di seluruh
tubuh dari kepala sampai ujung jari kaki oleh klien sendri secara aktif.
2.3
Prinsip
Dasar Latihan ROM
1.
ROM harus diulang
sekitar 8 kali dan dikerjakan minimal 2 kali sehari
2.
ROM di lakukan berlahan
dan hati-hati sehingga tidak melelahkan pasien.
3.
Dalam merencanakan
program latihan ROM, perhatikan umur pasien, diagnosa, tanda-tanda vital dan
lamanya tirah baring.
4.
Bagian-bagian tubuh
yang dapat di lakukan latihan ROM adalah leher, jari, lengan, siku, bahu,
tumit, kaki, dan pergelangan kaki.
5.
ROM dapat di lakukan
pada semua persendian atau hanya pada bagian-bagian yang di curigai mengalami
proses penyakit.
6.
Melakukan ROM harus
sesuai waktunya. Misalnya setelah mandi atau perawatan rutin telah di
lakukan.
2.4
Tujuan
ROM
1.
Mempertahankan atau
memelihara fleksibilitas dan kekuatan otot
2.
Memelihara mobilitas
persendian
3.
Merangsang sirkulasi
darah
4.
Mencegah kelainan
bentuk, kekakuan dan kontraktur
5.
Mempertrahankan fungsi
jantung dan pernapasan
2.5
Manfaat
ROM
1.
Memperbaiki tonus otot
2.
Meningkatkan mobilisasi
sendi
3.
Memperbaiki toleransi
otot untuk latihan
4.
Meningkatkan massa otot
5.
Mengurangi kehilangan
tulang
2.6
Indikasi
ROM
1.
Stroke atau penurunan
tingkat kesadaran
2.
Kelemahan otot
3.
Fase rehabilitasi fisik
4.
Klien dengan tirah
baring lama
2.7
Kontra
Indikasi ROM
1.
Trombus/emboli dan
keradangan pada pembuluh darah
2.
Kelainan sendi atau
tulang
3.
Klien fase imobilisasi
karena kasus penyakit (jantung)
4.
Trauma baru dengan
kemunginan ada fraktur yang tersembunyi atau luka dalam
5.
Nyeri berat
6.
Sendi kaku atau tidak
dapat bergerak
2.8
Jenis
ROM
Menurut Potter & Perry, (2005), ROM terdiri dari gerakan pada
persendian sebaga berikut :
1)
Leher, spina,
serfikal
Fleksi
|
Menggerakan dagu menempel ke dada rentang 45°
|
Ekstensi
|
Mengembalikan kepala ke posisi tegak, rentang 45°
|
Hiperektensi
|
Menekuk kepala ke belakang sejauh mungkin, rentang 40-45°
|
Fleksi lateral
|
Memiringkan kepala sejauh mungkin sejauh mungkin kearah setiap
bahu, rentang 40-45°
|
Rotasi
|
Memutar kepala sejauh mungkin dalam gerakan sirkuler, rentang 180°
|
d
Gambar 1.1
leher
2)
Bahu
Fleksi
|
Menaikan lengan dari posisi di samping tubuh ke depan ke posisi di atas kepala, rentang 180°
|
Ekstensi
|
Mengembalikan
lengan ke posisi di samping tubuh, rentang 180°
|
Hiperektensi
|
Mengerkan
lengan kebelakang tubuh, siku tetap lurus, rentang 45-60°
|
Abduksi
|
Menaikan
lengan ke posisi samping di atas kepala dengan telapak tangan jauh dari kepala, rentang 180°
|
Adduksi
|
Menurunkan
lengan ke samping dan menyilang tubuh sejauh mungkin, rentang 320°
|
Rotasi
dalam
|
Dengan
siku pleksi, memutar bahu dengan menggerakan lengan sampai ibu jari menghadap
ke dalam dan ke belakang, rentang 90°
|
Rotasi luar
|
Dengan
siku fleksi, menggerakan lengan sampai ibu jari ke atas dan samping kepala,
rentang 90°
|
Sirkumduksi
|
Menggerakan
lengan dengan lingkaran penuh, rentang 360°
|
Gambar 1.2
Bahu
3)
Siku
Fleksi
|
Menggerakkan
siku sehingga lengan bahu bergerak ke depan sendi bahu dan tangan sejajar
bahu, rentang 150°
|
Ektensi
|
Meluruskan
siku dengan menurunkan tangan, rentang 150°
|
Gambar 1.3
siku
4)
Lengan bawah
Supinasi
|
Memutar
lengan bawah dan tangan sehingga telapak tangan menghadap ke atas, rentang
70-90°
|
Pronasi
|
Memutar
lengan bawah sehingga telapak tangan menghadap ke bawah, rentang 70-90°
|
Gambar 1.4
Lengan Bawah
5)
Pergelangan tangan
Fleksi
|
Menggerakan telapak tangan ke sisi bagian dalam lengan
bawah, rentang 80-90°
|
Ekstensi
|
Mengerakan
jari-jari tangan sehingga jari-jari, tangan, lengan bawah berada dalam arah yang sama, rentang
80-90
|
Hiperekstensi
|
Membawa
permukaan tangan dorsal ke belakang sejauh mungkin, rentang 89-90°
|
Abduksi
|
Menekuk
pergelangan tangan miring ke ibu jari, rentang 30°
|
Adduksi
|
Menekuk
pergelangan tangan miring ke arah lima jari, rentang 30-50°
|
Gambar 1.5
pergelangan tangan
6)
Jari- jari tangan
Fleksi
|
Membuat
genggaman, rentang 90°
|
Ekstensi
|
Meluruskan
jari-jari tangan, rentang 90°
|
Hiperekstensi
|
Menggerakan
jari-jari tangan ke belakang sejauh mungkin, rentang 30-60°
|
Abduksi
|
Mereggangkan
jari-jari tangan yang satu dengan yang lain, rentang 30°
|
Adduksi
|
Merapatkan
kembali jari-jari tangan, rentang 30°
|
7)
Ibu jari
Fleksi
|
Mengerakan ibu jari menyilang permukaan telapak tangan, rentang 90°
|
Ekstensi
|
menggerakan
ibu jari lurus menjauh dari tangan, rentang 90°
|
Abduksi
|
Menjauhkan
ibu jari ke samping, rentang 30°
|
Adduksi
|
Mengerakan
ibu jari ke depan tangan, rentang 30°
|
8)
Pinggul
Fleksi
|
Mengerakan tungkai ke depan dan atas, rentang 90-120°
|
Ekstensi
|
Menggerakan kembali ke samping tungkai yang lain, rentang 90-120°
|
Hiperekstensi
|
Mengerakan
tungkai ke belakang tubuh, rentang 30-50°
|
Abduksi
|
Menggerakan
tungkai ke samping menjauhi tubuh, rentang 30-50°
|
Adduksi
|
Mengerakan
tungkai kembali ke posisi media dan melebihi jika mungkin, rentang 30-50°
|
Gambar 1.6 Pinggul
9)
Lutut
Fleksi
|
Mengerakan
tumit ke arah belakang paha, rentang 120-130°
|
Ekstensi
|
Mengembalikan
tungkai kelantai, rentang 120-130°
|
Gambar 1.7 lutut
10)
Mata kaki
Dorsifleksi
|
Menggerakan kaki sehingga jari-jari kaki menekuk ke atas, rentang 20-30°
|
Plantarfleksi
|
Menggerakan kaki sehingga jari-jari kaki menekuk ke bawah, rentang 45-50°
|
Gambar 1.8 Mata Kaki
11) Kaki
Inversi
|
Memutar
telapak kaki ke samping dalam, rentang 10°
|
Eversi
|
Memutar telapak kaki ke samping luar, rentang 10°
|
Gambar 1.9
kaki
12)
Jari-Jari Kaki
Fleksi
|
Menekukkan
jari-jari kaki ke bawah, rentang 30-60°
|
Ekstensi
|
Meluruskan
jari-jari kaki, rentang 30-60°
|
Abduksi
|
Menggerakan
jari-jari kaki satu dengan yang lain, rentang 15°
|
Adduksi
|
Merapatkan
kembali bersama-sama, rentang 15°
|
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Pengkajian
Seperti
halnya imobilisasi, sebelum melakukan latihan ROM perlu dilakukan pengkajian,
khususnya pengkajian terhadap persendian itu sendiri. Hal-hal yang perlu dikaji
antara lain :
· Keadaan
sendi yang akan dilatih
·
Keadaan kulit : memar,
mengering, mengelupas (setelah pemasangan gips)
·
Warna kulit : sianosis
atau inflamasi (biru atau tanda-tanda peradangan)
· Adanya
jaringan parut
· Suhu
pasien
· Adanya
oedem
· Adanya
kontraktur atau kelemahan otot
3.2 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa
keperawatan yang membutuhkan intervensi latihan ROM antara lain adalah :
1.
Gangguan mobilitas
fisik b.d kerusakan muskuloskeletal.
2.
Ketidaksanggupan
beraktivitas b.d immobilisasi.
3.
Ketidaksanggupan
beraktivitas b.d kelemahan.
3.3 Intervensi
Jika
pasien tidak atau belum bisa melakukan ROM secara aktif maka pasien harus
dibantu perawat dalam melaksanakan latihan ROM ( ROM pasif). Teknik
melaksanakan latiham ROM pasif adalah :
1.
Tempatkan pasien pada
posisi telentang. Kedua tangan berbaring pada posisi lutut lurus.
2.
Pegang ekstremitas pada
sendi-sendi, gerakkan sendi secara perlahan-lahan selanjutnya teruskan.
3.
Gerakkan setiap sendi
secara teratur, terus menerus dan perlahan.
4.
Hindarkan pergerakan
yang berlebihan dari persendian pada saat latihan ROM.
5.
Hindarkan tekanan yang
kuat pada saat pergerakan yang kuat.
6.
Hentikan pergerakan
bila ada keluhan nyerui dari pasien.
7.
Gerakkan dengan lemah
lembut secara bertahap sampai terjadi relaksasi.
Jika
persendian pasien sudah baik dan pasien sanggup melakukan latihan sendiri maka
pasien diinstruksikan untuk melakukan latihan ROM sendiri secara aktif. Hal-hal
dibawah ini dapat dilakukan pada klien yang sudah dapat melakukan pergerakan
sendiri tanpa bantuan, antara lain:
1.
Sendi bahu
fleksi : Menjemur pakaian,
menggantung pakaian
ekstensi :
Mengancing ritsluiting, mengenakan baju
rotasi interna : Memasukkan baju
kedalam celana
rotasi eksterna : Membalikkan kerah baju, menisir rambut
2.
Sendi siku
Fleksi : minum, berhias , menyisir
rambut
Ekstensi : memungut benda sambil duduk
Pronasi lengan :
memutar keran air, memutar pegangan pintu
3.
Sendi tangan
Membuka peniti, menulis, menggores
korek, memegang dan menggunakan sendok dan garpu
4.
Sendi paha
Duduk dan berdiri, jongkok di kamar
mandi
5.
Sendi lutut
Menaiki undakan,membungkuk
mengambil benda
6.
sendi pergelangan kaki
Plantar dan dorsofleksi : berdiri
pada ujung kaki, berjalan pada permukaan tanah yang kasar
Berdiri dalam posisi inversi
BAB IV
PENUTUP
4.1
Kesimpulan
ROM
harus dilaksanakan secara berulang, perlahan dan hati-hati sehingga tidak
melelahkan pasien. Dalam merencanakan program latihan ROM, perhatikan umur
pasien, diagnosa, tanda-tanda vital dan lamanya tirah baring.
Bagian-bagian
tubuh yang dapat di lakukan latihan ROM adalah leher, jari, lengan, siku, bahu,
tumit, kaki, dan pergelangan kaki. ROM dapat di lakukan pada semua persendian
atau hanya pada bagian-bagian yang di curigai mengalami proses penyakit serta
harus sesuai waktunya.
Selain
daripada yang telah disebutkan diatas, ROM dilakukan juga harus memperhatikan
tujuan, manfaat, indikasi, serta kontraindikasinya agar tidak terjadi suatu hal
yang tidak diinginkan pada pasien lebih lanjut.
DAFTAR PUSTAKA
Warfield,
Carol . 1996 . Segala Sesuatu yang Perlu Anda Ketahui Terapi Medis . Jakarta :
Gramedia Widiasarana Indonesia.
Depkes
RI, 1995. Penerapan Proses Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem
Muskuloskeletal. Jakarta. Bakti Husada.
http://forbetterhealth.wordpress.com/2009/01/07/melatih-rentang-gerak-sendi/
http://askep-askeb.cz.cc/2010/01/range-of-motion.html
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda