Jumat, 01 Februari 2013

makalah ROM


BAB I
PENDAHULUAN
1.1    Latar Belakang
 Latihan rentang gerak (Range of Motion) merupakan rehabilitasi yang bertujuan sebagai pencegahan dan pengoreksi suatu kemunduran dari sistem muskuloskeletal (Sandra S. at al, 1985). Klien yang dirawat dengan reposisi beserta immobilisasi lamanya sesuai dengan terjadinya kalus fibrosa (Win de Jong, 1997) dalam keadaan immobilisasi ini, maka otot-otot dan sendi-sendi tidak dapat bergerak untuk waktu yang lain (Soeharso, R, 1982), akan terjadi beberapa respon tubuh yaitu perubahan pada sistem muskuloskeletal berupa penurunan kekuatan dan massa otot.
Individu dengan immobilisasi selama satu minggu akan menurun kekuatan otot 20 % dan dapat menimbulkan kontraktur,dekubitus dan juga pneumonia ( Hettinger dan Muller). Untuk mencegah kemampuan komplikasi yang ditimbulkan maka diberikan latihan rehabilitas sedini mungkin pada waktu memberikan Asuhan keperawatan. Latihan rehabilitas ini dapat dilakukan dengan latihan rentang gerak pasif ( Pasif Range of Motion) dan latihan rentang gerak aktif ( Aktif Range of Motion) Sandra At al 1985.
Range of motion ( ROM ) adalah gerakan dalam keadaan normal dapat dilakukan oleh sendi yang bersangkutan (Suratun, dkk, 2008).   Latihan range of motion (ROM) adalah latihan yang dilakukan untuk mempertahankan atau memperbaiki tingkat kesempurnaan kemampuan menggerakan persendian secara normal dan lengkap untuk meningkatkan massa otot dan tonus otot (Potter & Perry, 2005).
Latihan ROM biasanya dilakukan pada pasien semikoma dan tidak sadar, pasien dengan keterbatasan mobilisasi tidak mampu melakukan beberapa atau semua latihan rentang gerak dengan mandiri, pasien tirah baring total atau pasien dengan paralisis ekstermitas total.

Selain berfungsi sebagai pertahanan atau dapat  memperbaiki tingkat kesempurnaan kemampuan menggerakan persendian secara normal, lengkap, dan untuk meningkatkan massa otot serta tonus otot, ROM juga memiliki klasifikasi ROM, jenis ROM, indikasi serta kontraindikasi dilaksanakan ROM dan juga prinsip dasar dilakukan ROM. Untuk dapat mengetahui hal tersebut lebih lanjut maka dapat meninjau pembahasan pada makalah ini.
1.2    Tujuan
·         Untuk mengetahui tentang klasifikasi ROM.
·         Untuk mengetahui tentang prinsip dasar ROM.
·         Untuk mengetahui tujuan  dan manfaat dilakukan ROM
·         Untuk mengetahui tentang indikasi dan kontraindikasi dilakukan ROM.
·         Untuk mengetahui tentang jenis ROM.











BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1    Definisi ROM
Latihan range of motion (ROM) adalah latihan yang dilakukan untuk mempertahankan atau memperbaiki tingkat kesempurnaan kemampuan menggerakan persendian secara normal dan lengkap untuk meningkatkan massa otot dan tonus otot (Potter & Perry, 2005).
Latihan range of motion (ROM) merupakan istilah baku untuk menyatakan batas atau batasan gerakan sendi yang normal dan sebagai dasar untuk menetapkan adanya kelainan ataupun untuk menyatakan batas gerakan sendi yang abnormal (Arif, M, 2008).
2.2    Klasifikasi latihan ROM
Latihan ROM pasif adalah latihan ROM yang di lakukan pasien dengan bantuan perawat pada setiap-setiap gerakan. Indikasi latihan pasif adalah pasien semikoma dan tidak sadar, pasien dengan keterbatasan mobilisasi tidak mampu melakukan beberapa atau semua latihan rentang gerak dengan mandiri, pasien tirah baring total atau pasien dengan paralisis ekstermitas total (suratun, dkk, 2008). Rentang gerak pasif ini berguna untuk menjaga kelenturan otot-otot dan persendian dengan menggerakkan otot orang lain secara pasif misalnya perawat mengangkat dan menggerakkan kaki pasien. Sendi yang digerakkan pada ROM pasif adalah seluruh persendian tubuh atau hanya pada ekstremitas yang terganggu dan klien tidak mampu melaksanakannya secara mandiri.
Latihan ROM aktif adalah Perawat memberikan motivasi, dan membimbing klien dalam melaksanakan pergerakan sendi secara mandiri sesuai dengan rentang gerak sendi normal. Hal ini untuk melatih kelenturan dan kekuatan otot serta sendi dengan cara menggunakan otot-ototnya secara aktif . Sendi yang digerakkan pada ROM aktif adalah sendi di seluruh tubuh dari kepala sampai ujung jari kaki oleh klien sendri secara aktif.
2.3    Prinsip Dasar Latihan ROM
1.      ROM harus diulang sekitar 8 kali dan dikerjakan minimal 2 kali sehari
2.      ROM di lakukan berlahan dan hati-hati sehingga tidak melelahkan pasien.
3.      Dalam merencanakan program latihan ROM, perhatikan umur pasien, diagnosa, tanda-tanda vital dan lamanya tirah baring.
4.      Bagian-bagian tubuh yang dapat di lakukan latihan ROM adalah leher, jari, lengan, siku, bahu, tumit, kaki, dan pergelangan kaki.
5.      ROM dapat di lakukan pada semua persendian atau hanya pada bagian-bagian yang di curigai mengalami proses penyakit.
6.      Melakukan ROM harus sesuai waktunya. Misalnya setelah mandi atau perawatan rutin telah di lakukan.        
2.4    Tujuan ROM
1.         Mempertahankan atau memelihara fleksibilitas dan kekuatan otot
2.         Memelihara mobilitas persendian
3.         Merangsang sirkulasi darah
4.         Mencegah kelainan bentuk, kekakuan dan kontraktur
5.         Mempertrahankan fungsi jantung dan pernapasan
2.5    Manfaat ROM
1.         Memperbaiki tonus otot
2.         Meningkatkan mobilisasi sendi
3.         Memperbaiki toleransi otot untuk latihan
4.         Meningkatkan massa otot
5.         Mengurangi kehilangan tulang
2.6    Indikasi ROM
1.         Stroke atau penurunan tingkat kesadaran
2.         Kelemahan otot
3.         Fase rehabilitasi fisik
4.         Klien dengan tirah baring lama

2.7    Kontra Indikasi ROM
1.         Trombus/emboli dan keradangan pada pembuluh darah
2.         Kelainan sendi atau tulang
3.         Klien fase imobilisasi karena kasus penyakit (jantung)
4.         Trauma baru dengan kemunginan ada fraktur yang tersembunyi atau luka dalam
5.         Nyeri berat
6.         Sendi kaku atau tidak dapat bergerak
2.8    Jenis ROM
Menurut Potter & Perry, (2005), ROM terdiri dari gerakan pada persendian  sebaga berikut :
1)        Leher, spina, serfikal
Fleksi
Menggerakan dagu menempel ke dada rentang    45°
Ekstensi
Mengembalikan kepala ke posisi tegak, rentang 45°
Hiperektensi
Menekuk kepala ke belakang sejauh mungkin, rentang 40-45°
Fleksi lateral
Memiringkan kepala sejauh mungkin sejauh mungkin kearah setiap bahu, rentang 40-45°
Rotasi
Memutar kepala sejauh mungkin dalam gerakan sirkuler, rentang 180°


                         


d








Gambar 1.1 leher
2)        Bahu
Fleksi
Menaikan lengan dari posisi di samping tubuh ke depan ke posisi  di atas kepala, rentang 180°
Ekstensi        
Mengembalikan lengan ke posisi di samping tubuh, rentang 180°
Hiperektensi  
Mengerkan lengan kebelakang tubuh, siku tetap lurus, rentang 45-60°
Abduksi
Menaikan lengan ke posisi samping di atas kepala dengan telapak   tangan jauh dari kepala, rentang 180°
Adduksi
Menurunkan lengan ke samping dan menyilang tubuh sejauh mungkin, rentang 320°
Rotasi dalam
Dengan siku pleksi, memutar bahu dengan menggerakan lengan sampai ibu jari menghadap ke dalam dan ke belakang, rentang 90°
  Rotasi luar
Dengan siku fleksi, menggerakan lengan sampai ibu jari ke atas dan samping kepala, rentang 90°
Sirkumduksi  
Menggerakan lengan dengan lingkaran penuh, rentang 360°



















Gambar 1.2 Bahu
3)        Siku
Fleksi
Menggerakkan siku sehingga lengan bahu bergerak ke depan sendi bahu dan tangan sejajar bahu, rentang 150°
Ektensi
Meluruskan siku dengan menurunkan tangan, rentang 150°
Gambar 1.3 siku
4)        Lengan bawah
Supinasi 
Memutar lengan bawah dan tangan sehingga telapak tangan menghadap ke atas, rentang 70-90°
Pronasi 
Memutar lengan bawah sehingga telapak tangan menghadap ke bawah, rentang 70-90°





 



Gambar 1.4 Lengan Bawah







5)        Pergelangan tangan
Fleksi
Menggerakan telapak tangan ke sisi bagian dalam lengan bawah, rentang 80-90°
Ekstensi
Mengerakan jari-jari tangan sehingga jari-jari, tangan, lengan  bawah berada dalam arah yang sama, rentang 80-90
Hiperekstensi
Membawa permukaan tangan dorsal ke belakang sejauh mungkin, rentang 89-90°
Abduksi
Menekuk pergelangan tangan miring ke ibu jari, rentang 30°

Adduksi
Menekuk pergelangan tangan miring ke arah lima jari, rentang 30-50°














Gambar 1.5 pergelangan tangan
6)        Jari- jari tangan
Fleksi
Membuat genggaman, rentang 90°
Ekstensi
Meluruskan jari-jari tangan, rentang 90°
Hiperekstensi
Menggerakan jari-jari tangan ke belakang sejauh mungkin, rentang 30-60°
Abduksi
Mereggangkan jari-jari tangan yang satu dengan yang lain, rentang 30°
Adduksi
Merapatkan kembali jari-jari tangan, rentang 30°






           
7)        Ibu jari
Fleksi 
Mengerakan ibu jari menyilang permukaan telapak tangan, rentang 90°
Ekstensi
menggerakan ibu jari lurus menjauh dari tangan, rentang 90°
Abduksi      
Menjauhkan ibu jari ke samping, rentang 30°
Adduksi   
Mengerakan ibu jari ke depan tangan, rentang 30°
           





8)        Pinggul
Fleksi 
Mengerakan tungkai ke depan dan atas, rentang 90-120°
Ekstensi
Menggerakan kembali ke samping tungkai yang lain, rentang 90-120°
Hiperekstensi
Mengerakan tungkai ke belakang tubuh, rentang 30-50°
Abduksi      
Menggerakan tungkai ke samping menjauhi tubuh, rentang 30-50°
Adduksi   
Mengerakan tungkai kembali ke posisi media dan melebihi jika mungkin, rentang 30-50°
           














Gambar  1.6 Pinggul

9)        Lutut
Fleksi
Mengerakan tumit ke arah belakang paha, rentang 120-130°
Ekstensi
Mengembalikan tungkai kelantai, rentang 120-130°





Gambar 1.7 lutut

10)    Mata kaki
Dorsifleksi  
Menggerakan kaki sehingga jari-jari kaki menekuk ke atas, rentang 20-30°
Plantarfleksi
Menggerakan kaki sehingga jari-jari kaki menekuk ke bawah,  rentang 45-50°






Gambar 1.8 Mata Kaki







11)     Kaki
    Inversi 
Memutar telapak kaki ke samping dalam, rentang 10°
Eversi
Memutar telapak kaki ke samping luar, rentang 10°

                 




Gambar 1.9 kaki
12)    Jari-Jari Kaki
Fleksi

Menekukkan jari-jari kaki ke bawah, rentang 30-60°
Ekstensi
Meluruskan jari-jari kaki, rentang 30-60°
Abduksi  
Menggerakan jari-jari kaki satu dengan yang lain, rentang 15°
Adduksi
Merapatkan kembali bersama-sama, rentang 15°














BAB III
PEMBAHASAN
3.1    Pengkajian
Seperti halnya imobilisasi, sebelum melakukan latihan ROM perlu dilakukan pengkajian, khususnya pengkajian terhadap persendian itu sendiri. Hal-hal yang perlu dikaji antara lain :
·       Keadaan sendi yang akan dilatih
·      Keadaan kulit : memar, mengering, mengelupas (setelah pemasangan gips)
·      Warna kulit : sianosis atau inflamasi (biru atau tanda-tanda peradangan)
·       Adanya jaringan parut
·       Suhu pasien
·       Adanya oedem
·       Adanya kontraktur atau kelemahan otot
3.2    Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang membutuhkan intervensi latihan ROM antara lain adalah :
1.      Gangguan mobilitas fisik b.d kerusakan muskuloskeletal.
2.      Ketidaksanggupan beraktivitas b.d immobilisasi.
3.      Ketidaksanggupan beraktivitas b.d kelemahan.
3.3    Intervensi
Jika pasien tidak atau belum bisa melakukan ROM secara aktif maka pasien harus dibantu perawat dalam melaksanakan latihan ROM ( ROM pasif). Teknik melaksanakan latiham ROM pasif adalah :
1.         Tempatkan pasien pada posisi telentang. Kedua tangan berbaring pada posisi lutut lurus.
2.         Pegang ekstremitas pada sendi-sendi, gerakkan sendi secara perlahan-lahan selanjutnya teruskan.
3.         Gerakkan setiap sendi secara teratur, terus menerus dan perlahan.
4.         Hindarkan pergerakan yang berlebihan dari persendian pada saat latihan ROM.
5.         Hindarkan tekanan yang kuat pada saat pergerakan yang kuat.
6.         Hentikan pergerakan bila ada keluhan nyerui dari pasien.
7.         Gerakkan dengan lemah lembut secara bertahap sampai terjadi relaksasi.
Jika persendian pasien sudah baik dan pasien sanggup melakukan latihan sendiri maka pasien diinstruksikan untuk melakukan latihan ROM sendiri secara aktif. Hal-hal dibawah ini dapat dilakukan pada klien yang sudah dapat melakukan pergerakan sendiri tanpa bantuan, antara lain:
1.            Sendi bahu
 fleksi                   : Menjemur pakaian, menggantung pakaian
ekstensi                : Mengancing ritsluiting, mengenakan baju
rotasi interna        : Memasukkan baju kedalam celana
 rotasi eksterna    : Membalikkan kerah baju, menisir rambut
2.            Sendi siku
Fleksi                  : minum, berhias , menyisir rambut
Ekstensi              : memungut benda sambil duduk
Pronasi lengan    : memutar keran air, memutar pegangan pintu
3.            Sendi tangan
Membuka peniti, menulis, menggores korek, memegang dan menggunakan sendok dan garpu
4.            Sendi paha
Duduk dan berdiri, jongkok di kamar mandi
5.            Sendi lutut
Menaiki undakan,membungkuk mengambil benda
6.            sendi pergelangan kaki
Plantar dan dorsofleksi : berdiri pada ujung kaki, berjalan pada permukaan tanah yang kasar
Berdiri dalam posisi inversi
BAB IV
PENUTUP
4.1    Kesimpulan
ROM harus dilaksanakan secara berulang, perlahan dan hati-hati sehingga tidak melelahkan pasien. Dalam merencanakan program latihan ROM, perhatikan umur pasien, diagnosa, tanda-tanda vital dan lamanya tirah baring.
Bagian-bagian tubuh yang dapat di lakukan latihan ROM adalah leher, jari, lengan, siku, bahu, tumit, kaki, dan pergelangan kaki. ROM dapat di lakukan pada semua persendian atau hanya pada bagian-bagian yang di curigai mengalami proses penyakit serta harus sesuai waktunya.
Selain daripada yang telah disebutkan diatas, ROM dilakukan juga harus memperhatikan tujuan, manfaat, indikasi, serta kontraindikasinya agar tidak terjadi suatu hal yang tidak diinginkan pada pasien lebih lanjut.













DAFTAR PUSTAKA

Warfield, Carol . 1996 . Segala Sesuatu yang Perlu Anda Ketahui Terapi Medis . Jakarta : Gramedia Widiasarana Indonesia.
Depkes RI, 1995. Penerapan Proses Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem Muskuloskeletal. Jakarta. Bakti Husada.
http://forbetterhealth.wordpress.com/2009/01/07/melatih-rentang-gerak-sendi/
http://askep-askeb.cz.cc/2010/01/range-of-motion.html






0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda