makalah upgk komunitas
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Tujuan utama pembangunan nasional adalah
peningkatan kualitas sumber daya manusia yang dilakukan secara berkelanjutan.
Berdasarkan visi pembangunan nasional melalui pembangungan kesehatan yang ingin
dicapai untuk mewujudkan lndonesia sehat 2010. Visi pembangunan gizi adalah
mewujudkan keluarga mandiri sadar gizi untuk mencapai status gizi keluarga yang
optimal. Keadaan gizi dapat dipengaruhi oleh keadaan fisiologis, dan juga oleh
keadaan ekonomi, sosial, politik dan budaya. Pada saat ini, selain dampak dari
krisis ekonomi yang masih terasa, juga keadaan dampak dari bencana nasional
mempengaruhi status kesehatan pada umumnya dan status gizi khususnya.
Keadaan gizi meliputi proses penyediaan dan penggunaan gizi untuk
pertumbuhan, perkembangan, pemeliharaan dan aktifitas. Kurang gizi dapat
terjadi dari beberapa akibat, yaitu ketidak seimbangan asupan zat-zat gizi,
faktor penyakit pencernaan, absorsi dan penyakit infeksi. Gambaran perkembangan keadaan gizi masyarakat
menunjukkan kecenderungan yang sejalan. Prevalensi kurang energi protein, yang
kemudian disebut masalah gizi makro, pada balita turun dari 37.5 % pada tahun
1989 menjadi 26.4 % pada tahun 1999, keadaan ini juga diikuti dengan prevalensi
masalah gizi lain. Upaya untuk mencegah semakin memburuknya keadaan gizi
masyarakat di masa datang perlu dilakukan dengan segera dan direncanakan sesuai
masalah daerah sejalan dengan kebijakan pemerintah dalam pelaksanaan
desentralisasi. Keadaan ini diharapkan dapat semakin mempercepat sasaran
nasional dan global dalam menetapkan program yang sistematis mulai dari
perencanaan, pelaksanaan dan pemantauan. Sejalan dengan sasaran global dan perkembangan keadaan gizi masyarakat rumusan tujuan umum program pangan dan gizi
tahun 2001-2005 yaitu menjamin ketahanan pangan tingkat keluarga mencegah dan
menurunkan masalah grzi, mewujudkan hidup sehat dan status gizi yang optimal.
Menyadari faktor penyebab masalah gizi yang sangat komplek dan arah kebijakan
desenhalisasi, maka perlu dirumuskan strategi program gizi khususnya pada
program perbaikan gizi makro, sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Kesehatan nomor: l277Menkes/SK/)02001 tentang
Organisasi dan tata kerja Departemen Kesehatan.
1.2.
Perumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan UPKG, Tujuan, sasaran, dasar pemikiran yang
melandasi UPKG, pokok-pokok kegiatan UPKG, dan langkah-langkah dalam
pelaksanaan UPKG?
2. Bagaimana dengan masalah perbaikan gizi dalam masyarakat sekarang ini
atau dalam skala nasional (Gizi Makro)?
1.3.
Tujuan
1.
Menjelaskan apa yang dimaksud dengan UPKG,
Tujuan, sasaran dasar pemikiran yang melandasi UPKG, dan langkah-langkah dalam
pelaksanaan UPKG?
2.
Menjelaskan bagaimana masalah perbaikan gizi
dalam masyarakat sekarang ini atau dalam skala nasional bisa disebut juga
perbaikan gizi makro dari hal pengertian, penyebab masalah, tujuan dan sasaran,
pelaksanaan evalusai, dan pendanaan?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Usaha Perbaikan gizi Keluarga (UPGK) adalah usaha perbaikkan gizi masyarakat
yang berintikan penyuluhan gizi, melalui peningkatan peran serta masyarakat dan
didukung kegiatan yang bersifat lintas sektoral. Dilaksanakan oleh berbagai
sektor terkait (kesehatan, BKKBN, Pertanian Dalam Negeri), Dikbud, PKK dan lain-lain. ( Depkes RI. 1993: 2).
Pengertian lain mengenai UPGK adalah:
a.
Merupakan usaha keluarga sendiri untuk
memperbaiki keadaan gizi seluruh anggota keluarga
b.
Dilaksanakan oleh keluarga dan masyarakat
dengan kader sebagai penggerak masyarakat dan petugas berbagai sektor sebagai
motivator, pembimbing dan Pembina.
c.
Merupakan bagian dari kehidupan keluarga
sehari-hari dan juga merupakan bagian integral dari pembangunan nasional untuk
meningkatkan kesejahteraan rakyat.
d.
Secara operasional adalah rangkaian kegiatan
yang saling mendukung untuk melaksanakan alih teknologi sederhana kepada
keluarga dan masyarakat.
2.2
Tujuan UPGK
A. Tujuan Umum
Mendorong perubahan sikap dan perilaku yang
mendukung perbaikan gin anak balita dan keluarga melalui peningkatan
pengertian, partisipasi dan pemerataan hasil kegiatan untuk mencapai keluarga
sadar gizi menuju terjadinya manusia berkualitas.
B. Tujuan Khusus
1. Partisipasi dan pemerataan kegiatan:
a. Semua anggota masyarakat ikut serta aktif dalam penyelenggaraan
kegiatan. Penanggung jawab kegiatan adalah anggota masyarakat setempat yang
telah mendapat latihan.
b. Pada daerah UPGK, kegiatan meluas ke semua RW
c. Pada setiap RW, semua balita (anak dibawah 5 tahun), ibu hamil dan ibu
menyusui tercakup dalam kegiatan.
2. Perubahan tingkah laku yang mendukung tercapainya perbaikan Gizi.
a. Semua balita ditimbang setiap bulan, dan hasil timbangannya dicatat di
KMS.
b. Semua bayi disusui ibunya sampai usia 2 tahun atau lebih dan mendapat
makanan lain yang sesuai dengan kebutuhannya.
c. Semua anak yang berumur l-4 tahun mendapat 1 kapsul vitamin A dosis
tinggi setiap 6 bulan.
d. Semua anak yang mencret segera diberi minum larutan gula garam atau
larutan oralit.
2.3
Sasaran UPGK
Secara
garis besar sasaran UPGK dapat dikelompokkan menjadi :
A. Sasaran Langsung:
Sasaran langsung adalah perorangan atau keluarga yang bersedia melakukan
sesuatu terhadap dirinya sendiri dalam rangka mewujudkan keluarga sadar gizi.
Sasaran ini pada garis besarnya dapat disegmentasikan menjadi:
1)
Keluarga Balita (Ibu, bapak, anggota keluarga
yng ditugasi mengasuh anak)
2) Ibu muda
3) Ibu Hamil
4) Ibu menyusui
5) Masyarakat umum
B. Sasaran tidak langsung:
Yang dimaksud dengan sasaran tidak langsung adalah perorangan atau institusi
yang diharapkan dapat membantu secara aktif baik sebagai pengajar (motivator),
maupun sebagai penyedia jasa kelompok UPGK dalarn rangka melembagakan dan
memberdayakan keluarga sadar gizi. Sasaran ini antara lain terdiri dari:
1) Kelompok yang mempunyai pengaruh dan menentukan dalam proses pengambilan keputusan misalnya : pemuka masyarakat baik
formal maupun informal (pemuka agama, kepala adat dan lain-lain).
2) Kelompok / institusi masyarakat di tingkat desa, KPD, KWT, PKK, Pramuka,
Karang Taruna, LSM, LKMD, Lembaga Agama Kader dan lain sebagainya.
3) Kelompok Petugas KIE dari sektor-sektor yang terkait dalam berbagai
tingkat daerah, meliputi:
a) Sektor kesehatan (Petugas Rumah sakit, Petugas Puskesmas dan lain-lain).
b) Sektor Keagamaan (Petugas KUA, motifator UPGK jalur agarn4 penyuluh
agama,guru agarna).
c) Sektor Pertanian.
d) Sektor BKKBN.
e) Sektor Pendidikan.
2.4
Dasar pemikiran yang melandasi UPGK
Empat masalah gizi utama yang banyak
ditemukan di berbagai wilayah bahkan di berbagai Negara berkembang yaitu KKP,
kekurangan Vitamin A, anemia gizi, gondok endemik, pada umumnya menyerang
kelompok penduduk yang tergolong rawan (winerable) yaitu : bayi, anak usia di
bawah lima tahun (balita), Ibu Hamil dan Ibu menyusui. usaha perbaikan Gizi
Keluarga (UPGK) merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan secara terpadu di
bawah koordinasi yang baik, yang bertujuan menurunkan jumlah penderita gangguan
gizi, bahkan jika mungkin menghilangkan bahaya gangguan gizi pada kelompok
penduduk yang rawan itu.
Apabila masalah gizi semata-mata dilihat dari
sudut kesehatan masyarakat, maka usaha penanggulangannya pun dapat dilakukan
dengan menggunakan dasar-dasar usaha kesehatan masyarakat:
1. Mempertinggi tingkat gizi penduduk terutama golongan Rawan melalui
berbagai kegiatan yang bertujuan memperbaiki kualitas makanan keluarga
pemanfaatan air susu ibu (ASI) secara tepat, menanamkan rasa sadar gizi pada
setiap anggota keluarga dan sebagainya.
2. Memberikan perlindungan khusus terhadap kemungkinan terjadinya gangguan
gizi tertentu seperti kekurangan vitamin A, anemia gizi, penyakit gondok.
Kepada semua anak di bawah usia 5 tahun diberikan kapsul vitamin A dosis tinggi
sekali setiap 6 bulan guna melindungi anak terhadap kemungkinan menderita
defisiensi vitamin A, memberikan suntikan larutan Iodium kepada penduduk yang
tinggal di daerah endemik penyakit gondok, memberikan tablet besi kepada setiap
ibu hamil.
3. Melalokan pengamatan dini terhadap penyakit gangguan gizi dan melakukan
usaha penanggulangan secara cepat dan tepat. Kegiatan ini dapat dilakukan
secara berkala berupa pengawasan terhadap pertumbuhan anak melalui penimbangan
berat badan sekali sebulan dengan menggunakan kartu menuju sehat (KMS).
4. Mengatasi akibat yang mungkin timbul dengan jalan memberikan perawatan
yang intensif. Penderita gangguan gizi yang dalam keadaan berat harus segera
dikirim ke Rumah Sakit untuk mendapatkan perawatan dan pengobatan yang lebih
baik sehingga akibat yang ditimbulkan gangguan gizi ini dapat dibatasi
seminimal mungkin.
2.5
Pokok-pokok kegiatan UPGK
Dengan berpedoman pada dasar pemikiran Usaha
perbaikan Gizi keluarga maka dapatlah ditetapkan pokok-pokok kegiatan UPGK sebagai berikut :
1. Pengawasat gizi anak Balita melalui penimbangan berat badan secara
teratur dan terus menerus setiap bulan dengan menggunakan Kartu Menuju Sehat
(KMS).
2. Pemberian bimbingan dan nasihat pada Ibu sangat penting dalam usaha
menumbuhkan perilaku gizi yang positif yang diperlukan dalam UPGK. Dalam
memberikan bimbingan dan nasihat, ada enam pesan gizi pokok yang menjadi titik
berat penyuluhan, yaitu sebagai berikut :
a. Anak yang sehat, berat badannya akan selalu bertambah.
b. Sampai usia 4 bulan, bayi cukup diberi ASI saja.
c. mulai usia bulan ke-5 anak harus sudah mulai diberi makanan pendamping ASI.
d. Memasuki usia tahun ke-2. anak dapat diberi makanan biasa. Susuilah anak selama mungkin selagi ASI masih ada.
e. Ibu hamil harus makan lebih banyak dari biasanya.
f. Ibu menyusui harus minum air 8 gelas sehari.
3. Pelayanan pertolongan gizi diberikan untuk menanggulangi penderita
gangguan gizi terutama penderita difisiensi vitamin A. Penderita anemia gizi
dan pencegahan terjadinya dehidrasi pada anak yang menderita diare. Akan tetapi
memberikan pertolongan gizi juga diberikan kepada mereka yang tidak
memperlihatkan tanda- tanda defisiensi vitamin A atau anemia gizi. Pemberian
kapsul vitamin A dan tablet besi lebih berfungsi sebagai upaya pencegahan dan
perlindungan terhadap kemungkinan terjadinya defisiensi.
4. Pemulihan gizi bagi kanak-kanak penderita KKP dilakukan dengan jalan
memberikan makanan tambahan guna memenuhi kebutuhan anak akan zat gizi,
terutama kalori dan protein. Pemberian makanan tambahan makanan dengan
mengutamakan penggunaan bahan makanan yang tinggi kadar kalori dan proteinnya,
terutama dari jenis kacang atau hasil olahannya (kacang hijau, kacang merah,
tahu, tempe, dan sebagainya). Kanak kanak penderita KKP tersebut akan
mendapatkan tambahan makanan dalam jangka waktu antara 60 hari sampai 90 hari,
tergantung pada berat ringannya KKP yang diderita.
5. Hubungan timbal balik yang erat antara kejadian gangguan gizi dengan
adanya penyakit infeksi pada anak-anak menjadikan kegiatan penanggulangan berbagai
penyakit infeksi melalui imunisasi sebagai kegiatan penunjang UPGK yang sangat
penting. Karena kegiatan dasar UPGK tersebut harus ditunjang pula oleh kegiatan
Immunisasi.
6. Jarak kelahiran anak yang terlalu rapat merupakan salah satu faktor yang
mempertinggi resiko anak akan menderita KKP. Karenanya motivasi dan pelayanan
KB sangat diperlukan untuk menunjang kegiatan UPGK.
7. Penderita KKP yang disertai penyakit infeksi hanya dapat dipulihkan
tingkat gizinya apabila penyakit infeksi yang dideritanya sudah disembuhkan.
Untuk itu perlu pula dilakukan kegiatan rujukan penderita penyakit infeksi ke
puskesmas terdekat atau ke Rumah Sakit sebagai pelengkap kegiatan UPGK.
8. Makanan yang dimakan anak akan sangat ditentukan oleh macam makanan yang
disajikan ibunya di meja makan, dan makanan yang disajikan ibu juga tergantung
pada bahan makanan apa yang tersedia dan dapat dimasak oleh ibu. Pekarangan
dapat mempunyai arti penting sebagai sumber bahan makanan keluarga apabila
dimanfaatkan secara berdaya guna dan berhasil guna. Karenanya pemanfaatan
pekarangan juga baik sekali dikembangkan guna membantu dan mendorong tumbuhnya
swadaya keluarga untuk perbaikan gizi.
2.6
Langkah-langkah pelaksanaan UPGK
Untuk dapat melaksanakan UPGK di suatu wilayah
atau desa, dilalkukan langkah-langkah
sebagai berikut:
1. Penyiapan masyarakat dan sarana pelaksanaan kegiatan
Oleh karena UPGK memerlukan keterlibatan
aktif masyarak maka sebelum memulai kegiatan UPGK perlu dilakukan kegiatan
untuk mempersiapkan masyarakat sehingga mereka mengambil bagian dan turut
bertanggung jawab dalam pelaksanaan berbagai kegiatan yang dilakukan.
2. Tata cara pelaksanaan kegiatan di panti gizi desa atau pos penimbangan.
Pelaksanaan berbagai kegiatan UPGK dipusatkan
di panti gizi desa. Bangunan untuk panti gizi desa dapat menggunakan ruangan
yang ada di balai desa atau dapat juga di rumah penduduk yang bersedia
meminjamkannya. Apabila penduduk desa cukup banyak dan desa itu besar, maka
panti gizi desa desa dapat diperluas jangkauannya dengan mendirikan pos
penimbangan/pos pelayanan gizi. Dengan demikian jangkauan kegiatan juga dapat
diperluas sehingga lebih banyak anak balita yang dapat dicakup oleh kegiatan
UPGK itu.
Pelayanaan gizi di pos penimbangan dan di
panti gizi desa dilakukan dengan tata carayang disebut jalur pelayanan 4 meja.
Anak balita yang dibawa oleh ibunya ke pos pelayanan gizilpos penimbangan di
meja I. setelah selesai maka anak akan ditimbang berat badannya oleh petugas
pelaksana meja II. Setelah selesai penirnbangan, maka pelayanan dilanjutkan ke
meja III. di meja itu berat badan anak sewaktu di timbang akan dicatat di buku
penimbangandan juga diterapkan pada KMS yang dibawa oleh ibu. Di meja IV akan
diberikan bimbingan dan penyuluhan kepada ibu dari anak balita tersebut, baik
berkaitan dengan berat badan anak, laju pertumbuhan anak, pengaturan makanan
anak, maupun berkaitan dengan kesehatan umum anak dan ibu, pemberian vitamin A
dosis tinggi, dan sebagainya.
3. Pelayanan kesehatan TerPadu
Beberapa bentuk program pelayanan kesehatan
selain ditujukan bagi sasaran yang sama yaitu anak balita dan ibu juga
mempunyai tujuan yang sama yaitu meningkatkan kesehatan anak dan menurunnya
angka kematian bayi dan anak. Program-program pelayanan kesehatan itu antara
lain : program
perbaikan gizi (UPGK), program pemeliharaan
kesehatan ibu dan anak (KIA), program imunisasi, program penanggulangan diare
pada anak- anak, program keluarga berencana (KB) dan sebagainya.
Apabila program-program pelayanan kesehatan
yang ditujukan pada sasaran yang sama tersebut dapat dilakukan secara serentak
bersama-sama di suatu wilayah atau desa, maka setiap anak balita yang menjadi
sasaran program pelayanan akan mendapatkan beberapa macam pelayanan kesehatan
sekaligus. Jadi seorang anak yang dibawa oleh ibunya ke panti gizi atau pos
penimbangan selain memperoleh pelayanan gizi (penimbangan, penyuluhan,
pemberian-pemberian pertolongan gizi makanan tambahan) juga sekaligus dapat
memperoleh layanan imunisasi, pemeriksaan kesehatan, jika anak mencret maka
kepada anak tersebut akan diberikan oralit dan obat, dan Ibu akan memperoleh
mengenai cara perawatan kesehatan keluarga. Selain itu Ibu yang memerlukan
layanan KB juga sekaligus dapat dilayani di pos penimbangan atau panti gizi.
Pelayanan seperti inilah yang disebut pelayanan kesehatan terpadu yang
dikembangkan oleh departemen kesehatan di desa-desa di seluruh Indonesia. Bagi
keluarga sendiri pelayanan kesehatan terpadu itu sangat menguntungkan karena
ibu tidak perlu berkali-kali datang ke pos penimbangan, ke pos KB, ke pos
kesehatan yang sering kali letaknya terpisah-pisah dan jauh.
2.7 Manfaat
yang didapatkan dari pemenuhan gizi seimbang
1.
Masa
Kehamilan
Pemenuhan
gizi pada masa kehamilan akan sangat mempengaruhi kualitas janin yang akan
dilahirkan, gizi yang seimbang bisa menciptakan janin yang sehat, tidak cacat,
dan tidak mudah sakit.
2.
Usia
Bayi
Dengan
gizi yang seimbang, akan terbentuk anak yang sehat dan pertumbuhan fisik,
psikomotorik, dan intelektual yang optimal. Cukup ASI saja sampai usia 6 bulan
kemudian Makanan Pendamping ASI sejak 6 bulan sampai dengan 2 tahun. Berikan
MP-ASI secara bertahap dan dari makanan yang alami.
3.
Usia
1-3 tahun
Anak
mulai dikenalkan dengan makanan keluarga. Kelainan dan keterlambatan
pertumbuhan dan perkembangan otak pada usia sampai dengan 3 tahun tidak bisa
diperbaiki pada usia selanjutnya, sehingga pemenuhan gizi yang optimal sangat
diperlukan pada usia ini.
4.
Usia
Pra-sekolah & Sekolah
Kebutuhan
gizi diperlukan untuk konsentrasi belajar, beraktivitas, dan untuk kesempurnaan
fisik.
5.
Usia
Remaja
Pemenuhan
gizi yang optimal diperlukan agar dapat tercapai kematangan fungsi seksual dan
tercapainya bentuk dewasa.
6.
Usia
Dewasa
Gizi
yang optimal dan seimbang pada usia dewasa diperlukan agar tercapai kematangan
fisik, psikomotorik, mental, spiritual, dan sosial.
2.8
Masalah gizi kurang
A. Penyebab langsung
Makanan dan penyakit dapat secara langsung
menyebabkan Timbulnya gizi kurang tidak hanya dikarenakan asupan makanan yang kurang,
tetapi juga penyakit. Anak yang mendapat cukup makanan tetapi sering menderita
sakil pada akhirnya dapat menderita gizi kurang. Demikian pula pada anak yang
tidak memperoleh cukup makan, maka daya tahan tububnya akan melemah dan akan
mudah terserang penyakit.
B. Penyebab tidak langsung
Ada 3 penyebab tidak langsung yang
menyebabkan gizi kurang yaitu :
·
Ketahanan pangan keluarga yang kurang
memadai. Setiap keluarga diharapkan mampu untuk memenuhi kebutuhan pangan
seluruh anggota keluarganya dalam jumlah yang cukup baik jumlah maupun mutu
gizinya.
·
Pola pengasuhan anak kurang memadai. Setiap
keluarga dan mayarakat diharapkan dapat menyediakan waktu perhatian, dan
dukungan terhadap anak agar dapat tumbuh kembang dengan baik - baik fisik,
mental dan sosial.
·
Pelayanan kesehatan dan lingkungan kurang
memadai. Sistim pelayanan kesehatan yang ada diharapkan dapat menjamin
penyediaan air bersih dan sarana pelayanan kesehatan dasar yang terjangkau oleh
setiap keluarga yang membutuhkan.
Ketiga faktor tersebut berkaitan dengan tingkat pendidikan, pengetahuan
dan ketrmapilan keluarga. Makin tinggi tingkat pendidikan, pengetahuan dan
ketrampilan, makin baik tingkat ketahanan pangan keluarg4 makin baik pola
pengasuhan maka akan makin banyak keluarga yang memanfaatkan pelayanan
kesehatan. Adapun Solusi Gizi Masyarakat:
1.
Upaya
perbaikan gizi yang lebih efektif adalah bagian dari kebijakan penanggulangan
kemiskinan dan pembangunan SDM.
2.
Adanya
kebijakan khusus untuk mempercepat laju percepatan peningkatan status gizi.
3.
Dalam
pelaksanaan program gizi hendaknya efektif, efisien dan lokal spesifik.
4.
Pengambil
keputusan di setiap tingkat menggunakan informasi yang akurat dalam menentukan
kebijakannya.
5.
Mengembangkan
kemampuan dalam upaya penanggulangan masalah gizi, baik teknis maupun
manajemen.
6.
Meningkatkan
upaya penggalian dan mobilisasi sumber daya guna melaksanakan upaya perbaikan
gizi yang efektif.
2.9
Pelaksanaan UPGK
A. Pemberdayaan keluarga di bidang kesehatan dan gizi
1. Pemetaan keluarga mandiri sadar gizi oleh dasawisma dalam rangka survey
mawas
diri masalah gizi keluarga.
Tujuan
: mengidentifikasi keluarga-keluarga yang belum melaksanakan
perilaku
gizi yang baik dan benar.
Kegiatan:
-
Pelatihan Kadarzibagi Kader dasawisma
-
Pengadaan bahan-bahan pemetaan
-
Pemetaan, analisa dan tindak lanjutnya
2. Asuhan dan konseling gizi bagi keluarga yang belum menerapkan perilaku
gizi
yang baik dan benar.
Tujuan
: meningkatkan kemandirian anggota keluarga dalam pelayanan gizi.
Kegiatan:
-
Menyusun standar tata laksana asuhan dan konseling gizi
-
Melaksanakan kegiatan asuhan dan konseling gi di setiap sarana pelayanan
kesehatan
-
Melaksanakan kegiatan asuhan gtzi melalui penyuluhan kelompok mengenai makanan
padat gizi dari bahan lokal
-
Melaksanakan kegiatan asuhan dan konseling gizi secara profesional.
3. Kampanye keluarga mandiri sadar gizi
Tujuan
: meningkatkan kepedulian keluarga untuk selalu menerapkan perilaku giziyangbaik dan benar.
Kegiatan:
-
Pengadaan bahan-bahan KIE lokal
-
Pesan-pesan Kadarzi melalui kelompok kesenian tradisional
-
Pesan-pesan Kadarzi melalui media cetak dan elektronik
B. Pemberdayaan masyarakat di bidang gizi
1. Pemberdayaan ekonomi mikro
Kegiatan
dilaksanakan secara lintas sektor terutama dalam rangka "income
Generating”.
Tujuan
: meningkatkan pendapatan keluarga
Kegiatan:
-
Usaha Bersama : pengembangan koperasi simpan pinjam
-
Pemanfaatan pekarangan bekerjasama dengan sektor pertanian
2. Advocacy dan sosialisasi
-
Advocacy dan sosialisasi program pemberdayaan keluarga di bidang gizi kepada
Gubenur dan Bupati
3. Fasilitasi
Memberikan
bantuan teknis dan peralatan dalam rangka memperlancar kegiatan penanggulangan
gizi makro berbasis masyarakat.
Kegiatan:
-
Bantuan teknis untuk petugas lapangan : Pengadaan konsultan, pelatihan/workshop
-
Pengadaan sarana : dacin, food model, home economic set, bahan-bahan KIE dll
C. Pemberdayaan Petugas
Tujuan
: Meningkatkan ketrampilan petugas dalam memberikan pelayanan gizi
sesuai
dengan standar.
Kegiatan:
1.
Workshop tata laksana gizi buruk tingkat kabupaten, puskesmas dan RT
2.
Workshop tata laksana penanggulangan WUS KEK tingkat kabupaten, puskesmds dan
RT
3.
Capacity building tentang perencanaan daerah untuk menanggulangi masalah gizi
makro.
D. Subsidi langsung
Tujuan
: meningkatkan keadaan gizibalitadan ibu hamil Subsidi dalam diberikan dalam
bentuk paket dana untuk pembelian makanan tambalran dan penyuluhan kepada
balita gizi buruk dan wanita usia subur kurang energi kronis. Langkah-langkah
yang perlu dilakukan adalah :
1. Identifikasi sasaran yang perlu disubsidi (target sasaran)
Target
sasaran ditentukan berdasarkan hasil antropometri yang dilaksanakan langsung di
lapangan dengan beberapa tambahan kriteria antara lain : balita dan Ibu harnil
tergolong miskin, jumlah anggota keluarga lebih dari 3, kondisi rumah dan
sarana air bersih kurang memadai.
2. Distribusi dana subsidi secara langsung ke keluarga melalui bidan di
desa. Bidan di desa menjelaskan cam penggunaan dana dan mekanisme PMT (sesuai
Pedoman Tata laksana Gizi Buruk di Rumah Tangga)
3. Evaluasi PMT : penggunaan dana proses PMT dan perubahan status gizi
E. Evaluasi
Evaluasi
ditujukan untuk menilai :
1. Input : ketenagaan (iumlah dan qualitas), danq fasilitas dan sarana
pelayanan kesehatan dll.
2. Proses : menilai pelaksanaan kegiatan apakah telah mencapai target yang
ditetapkan, mengidentifikasi kendala dan masalah yang dihadapi serta
pemecahannya.
3. Output : menilai pencapaian setiap kegiatan penanggulangan gizi makro.
4. Impact : Menitai prevalensi status gizi pada sasaran.
Kegiatan:
Pelaksanaan evaluasi akan dilakukan oleh
pihak ketiga agar tidak terjadi subjektivitas hasil evaluasi dengan tahap-tahap
sebagai berikut :
- Penunjukkan pelaksana evaluasi, misalnya
LSM di bidang kesehatan Universitas.
- Evaluasi dilaksanakan secara
berkesinambungan dengan rentang waktu satu tahun sekali. Akan tetapi setiap 6
bulan dilakukan monitoring terhadap kegiatan yang sedang berjalan.
- Hasil evaluasi tahunan digunakan sebagai
dasar dalam perencaruum selanjutnya.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan dan Saran
Dapat ditarik kesimpulan Tujuan utama pembangunan nasional adalah
peningkatan kualitas sumberdaya manusia yang dilakukan secara berkelanjutan.
Berdasarkan visi pembangunan nasional melalui pembangungan kesehatan yang ingin
dicapai untuk mewujudkan lndonesia sehat 2010. Visi pembangunan gizi adalah
mewujudkan keluarga mandiri sadar gizi untuk mencapai status gizi keluarga yang
optimal. Dalam Usaha Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK) adalah usaha perbaikan gizi
masyarakat yang berintikan penyuluhan gizi, melalui peningkatan peran serta
masyarakat dan didukung kegiatan yang bersifat lintas sektoral, Dilaksanakan
oleh berbagai sektor terkait kesehatan, BKKBN, Pertanian Dalam Negeri), Dikbud,
PKK dan lain-lain. Dengan adanya makalah ini dapat membantu atau menambah
wawasan pengetahuan kita tentang masalah perbaikan gzi dikeluarga maupun
masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Alimul Hidayat, A2is.2007. Metode Penelitian
Keperawatan dan Teknik Analisis
Data. Jakarta : Salemba Madika
Arikunto, S. 2002. Metode Penelitian.
Jakatta: Rhineka Cipta
Dep. Kes RI 1979. Buku Pedoman Petugas
Lapangan UPGK. Jakarta : Dep. Kes RI
Dep. Kes RI 1993. Pedoman KIE-UPGK. Jakaxta :
Dep. Kes RI
Karnus Besar Bahasa Indonesia 1989. Jakarta :
PT. Grarnedia
Notoatmodjo, Soekidjo.2003. Pendidikan Dan
Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rhineka Cipta
Notoatmodjo, doekidjo.2005. Metodologi
Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rhineka Cipta
Nursalam, 2002. Konsep Dan Penerapan
Metodologi Penelitian IlmuKeperawatan. Jakarta: Salemba Medika
Soediaoetama" Achmad Djaeni. Prof Dr.
2000. Ilmu Gizi. Jakarta Timur: Dian Rakyat
http://www.gizi.net/kebijakan-gizildownloadlPanzi-Final.doc,
diakses 28
Februari 2008
http://groups.yahoo.conr/group/sarikata/,
diakses tanggal 4 Maret 2008
http://docs.yahoo.com/info/terms/, diakses
tanggal 4 Maret 2008
_The Impact of Asian Financial Crisis on
Health Sector in Indonesia"
www.health indonesia.pdf, 12 Marct 2A02
RI dan WHO, Rencana Aksi Pangan dan Gizi
Nasional 2001 - 2005, Jakart4 Agustus
2000
Direltorat Gizi Masyarakat, Panduan Pemberian
Makanan Gizi Buruk Pasca Rawat Inap di Rumah Tangga Jakarta 2000
Direktorat Gizi Masyarakat, Tata Laksana
Penanggulangan Gizi Buruk, Jakarta 2000
Tim KewaspadaanPangan dan Gizi Pusat, Situasi
Pangan dangizidi lndonesia, Jakarta 2000
Departemen Kesehatan, Status Gizi dan
Imunisasi Ibu dan Anak di Indonesi Jakarta, 1999
Departemen Kesehatan, Tunfirtan Praktis Bagi
Tenaga gizi Puskesmas, Bekalku Membina Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi)' Jakart4
1999
Tim Koordinasi Penanggulangan masalah Gizi
Pangan dan Gizi, Gerakan nasional penanggulangan masalah Pangan dan Gizi di
Indonesia. Jakarta 1999
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda