Sabtu, 12 Maret 2011

PERSONAL HYGIENE TERHADAP PASIEN IMOBILISASI DIABETES MILLITUS

PERSONAL HYGIENE TERHADAP PASIEN IMOBILISASI DIABETES MILLITUS
Pasien Imobilisasai Diabetes Millitus
Pasien imobilisasi DM memerlukan bantuan orang lain dalam memenuhi kebutuhan fisiknya karena keluarga sudah tidak sanggup lagi dalam perawataannya, termasuk dalam hal perawatan diri atau personal hygiene Perawat dalam memberikan pelayanan personal hygiene harus mempunyai keinginan agar hasil yang dicapai yang dapat memuaskan pasien.
Pasien imobilisasi DM memerlukan bantuan dalam memenuhi kebutuhan fisik, karena pasien tidak mampu memenuhi kebutuhannya sendiri. Imobilisasi didefinisikan secara luas sebagai tingkat aktivitas yang kurang dari mobilitas optimal. Mobilitas sendiri adalah pergerakan yang memberikan kebebasan dan kemandirian bagi seseorang. Walaupun jenis aktivitas berubah sepanjang kehidupan manusia, mobilitas adalah pusat untuk berpartisipasi dalam dan menikmati kehidupan
Contoh Kasus
Ny. A (60 thun ) datang ke RSHS dengan keluhan luka di ibu jari kaki kanan yang bernanah dan mulai membusuk, disertai nyeri pada daerah kaki srta dalam segi kebersihannya pun kurang terjaga karena keluarga tidak mampu dalam perawatannya takut si ibu merasa sakit. Dari hasil pemeriksaan fisik klien memngeluh lemas, nafsu makan meningkat disertai sering kencing . hasil pemeriksaan lab darah , Glukosa PP. 300mg, Glukosa Puasa, 250 mg, Therapi insulin 6-6-6
Implementasi perawat
Peningkatan asuhan keperawatan perlu dilakukan karena tuntutan masyarakat sebagai penerima layanan kesehatan semakin meningkat, sehingga perawat harus menyadari bahwa perlu membenahi dan meningkatkan pemberian layanan asuhan keperawatan yang baik, profesional dan bermutu sehingga memberikan kepuasan bagi pasien, khususnya pasien imobilisasi sebagai penerima jasa layanan perawatan personal hygiene.
Pasien imobilisasi DM tergantung pada perawat dalam kebutuhan merawat diri, maka sebagai perawat dalam memberikan tindakan personal hygiene, perawat harus mempunyai keinginan agar hasil yang dicapai memuaskan. Kepuasaan adalah persepsi terhadap produk atau jasa yang telah memenuhi harapan, karena itu pasien tidak akan puas apabila pasien mempunyai persepsi bahwa harapannya belum terpenuhi. Pasien akan merasa puas jika persepsinya sama atau lebih dari yang diharapkan. Maka informasi tingkat kepuasaan pasien mutlak diperlukan. Pengukuran tingkat kepuasaan erat hubungannya dengan mutu produk (barang atau jasa). Pengukuran aspek mutu bermanfaat bagi pemimpin, agar pemimpin rumah sakit dapat melakukan perbaikan karena tanpa perbaikan atau koreksi pengukuran tingkat kepuasan pasien menjadi tidak bermanfaat. Walaupun penilaian tingkat kepuasaan pasien bersifat subyektif dan relatif, namun demikian bisa dijadikan sebagai alat pengendali atau kontrol atas pelayanan yang diberikan rumah sakit. Dengan kata lain di bidang keperawatan perlu meningkatkan asuhan keperawatan yang berkualitas.